Sajak untuk Penguasa
Yogyakarta, 07 Maret 2017.
Kusaksikan sumpah yang sengaja dieluk nyinyir oleh orang-orang dalam gedung.
Gombal terkantung lepas beraroma amis telentang lapang,
Luka menganga tanjak bebas menyembul
Dari leher berdasi motif kupu-kupu malam.
Menulikan sapa sepatutnya bergeming keentah pastian.
Aku merenung hingga berpalung,
Menelusuri setiap onggok kata yang terlontar.
Otak kian kronis,
Menyaksikan kerapuhan dibabat hingga akar,
Impian karam diterjang peradaban runut revolusi.
Isaplah terus kesunyian dari pusatnya.
Luka ini terus menggerogoti
Hingga injakan bumi tenggelam tak berarti.
Usang!
Tanahku tandus,
Tak ada lagi yang dapat ditawarkan cakrawala,
Dan kini bumi membakar sebagai kesia-siaan.
Kursi-kursi penguasa,
Menggairahkan bak senyuman wanita,
Kau menyeringai terpaksa
Bertingkah polah lugu,
Seakan penuh wibawa.
Palsu!
Kusaksikan sumpah yang sengaja dieluk nyinyir oleh orang-orang dalam gedung.
Gombal terkantung lepas beraroma amis telentang lapang,
Luka menganga tanjak bebas menyembul
Dari leher berdasi motif kupu-kupu malam.
Menulikan sapa sepatutnya bergeming keentah pastian.
Aku merenung hingga berpalung,
Menelusuri setiap onggok kata yang terlontar.
Otak kian kronis,
Menyaksikan kerapuhan dibabat hingga akar,
Impian karam diterjang peradaban runut revolusi.
Isaplah terus kesunyian dari pusatnya.
Luka ini terus menggerogoti
Hingga injakan bumi tenggelam tak berarti.
Usang!
Tanahku tandus,
Tak ada lagi yang dapat ditawarkan cakrawala,
Dan kini bumi membakar sebagai kesia-siaan.
Kursi-kursi penguasa,
Menggairahkan bak senyuman wanita,
Kau menyeringai terpaksa
Bertingkah polah lugu,
Seakan penuh wibawa.
Palsu!
Komentar
Posting Komentar