IZINKAN AKU MEMELUKMU MAMA
Yogyakarta, 27 November 2016.
Keysa seorang
putri dari keluarga berada, namun kehidupan ia tak seindah apa yang orang lain
bayangkan. Setitik kebahagiaan yang ia harapkan sampai saat ini tak kunjung
datang menghampiri gadis cantik itu. Rintikan hujan pun kini seakan mengerti
apa yang tengah dirasakan Keysa saat ini. Ia selalu ingin mendapatkan kasih
sayang seorang ibu, walau hanya setitik kasih untuknya. Namun sebaliknya, ibu
Keysa selalu berprilaku kasar kepadanya sampai ia tak pernah mau mengakui Keysa
sebagai anaknya. Tak tahu apa sebabnya, tetapi Keysa selalu berdoa agar ia
dapat melihat seulas senyum ibu untuk dirinya. Keysa selalu menangis jika ia
melihat ibunya lebih dekat dan menyayangi Rico kakaknya itu.
Saat itu, saat
dimana kesedihan Keysa bertambah, bagaimana tidak? Ia kehilangan seorang ayah
yang selama ini menyayanginya dengan tulus. Seorang ayah yang selalu hadir
disampingnya, mendengarkan semua keluh kesahnya. Semenjak kepergian ayahnya,
Keysa merasa hidup sendiri tanpa ada seseorang yang menyayanginya. Mata yang
sendu kini terlihat semakin sendu dan memancarkan kesedihan yang begitu hebat.
Saat malam tiba
memancarkan indahnya sinar rembulan yang dihiasi bintang, gadis cantik itu
duduk termenung merintihkan semua keluh kesahnya. Ia selalu berharap dan
berharap agar ibunya dapat menyayanginya.
“Ya Allah, mengapa
harus aku yang merasakan semua kepedihan ini? Apa salahku pada Mamah sehingga
Mamah sangat begitu membenciku? Aku ingin mamah bisa tersenyum untuk ku, aku
rindu mamah, aku ingin memeluk mamah”. Keluhnya dalam doa yang penuh
keterisakan tangis yang begitu hebat.
Butiran-butiran kecil kembali hadir membasahi pipi lembutnya, gadis
cantik itu selalu bersedih dan tak pernah ada lagi kebahagiaan yang ia rasakan.
Teman-temannya pun tak bisa lagi mengembalikan semua kebahagiaan gadis cantik
itu.
“Ma, ini makanan
untuk Mamah”. Ucapnya.
“Heh dengar ya
anak pembawa sial, aku tidak mau memakan makanan itu”. Ucap mamah Keysa dengan
kasar.
Tanpa berpikir panjang, ia langsung membuang makanan itu dan
kemudian menginjaknya. Melihat hal itu, terdengar isakan tangis yang begitu
hebat pada diri Keysa. Hatinya begitu sakit, saat melihat perilaku mamahnya
itu. Tetapi ia selalu bersikap sabar dan tetap menyayangi mamahnya.
Mentari pagi telah
menampakkan sinarnya, Keysa pun terbangun dari tidurnya, dan kemudian ia
bersiap-siap kesekolah. Setiap pagi ia harus melakukan aktivitas yang begitu
berat, membersihkan rumah yang begitu besar layaknya seorang pembantu walau
memang ada beberapa orang yang ditugaskan untuk merawat setiap bagian sudut
rumah itu. Tetapi tetap saja mamahnya selalu menyuruh Keysa untuk melakukan
semua itu. Setelah selesai melakukan pekerjaannya Keysa kemudian bergegas untuk
pergi ke sekolah.
“Kak, aku ikut
bareng kakak ya?” Ujarnya pada Rico.
“Heh lo, gak mau
gue bareng sama lo. Udah sana pergi! Jalan kaki aja, dasar anak manja”.
“Tapi kak ini udah
siang”.
“Gue gak peduli.
Minggir lo!”
Terpaksa Keysa pergi ke sekolah dengan berjalan kaki, karena tidak
ingin terlambat ia kemudian mempercepat jalannya menuju sekolah. Sesampainya di
sekolah, dengan wajah yang begitu lesu ia beristirahat di kelasnya,
teman-temannya saling bertatap muka dan bertanya kenapa? Kenapa? Dan apa yang
terjadi pada Keysa sehingga ia terlihat seperti itu.
“Key, kamu kenapa?
Terlihat lesu”. Tanya Fajri, laki-laki yang mengaguminya.
“Tidak, aku tidak
apa-apa”.
“Kamu bohong, aku
tahu itu”.
“Aku hanya lelah
Fajri, tadi aku harus berjalan kaki untuk sampai ke sekolah”.
“Hah? Kenapa kamu
tidak telpon aku? Kalau aku tahu, aku bisa jemput kamu Key”.
“Ah, takut
merepotkan”.
“Selalu begitu”.
Setiap hari Fajri
selalu memperhatikan dengan sangat detail semua yang Keysa kerjakan. Perubahan
sikapnya yang kini membuat Fajri bingung, apa sebenarnya yang terjadi pada diri
Keysa. Selama ini, Keysa selalu menyembunyikan kesedihannya di depan semua
orang. Tetapi Fajri tahu, bahwa Keysa berpura-pura bahagia di depan banyak
orang padahal hati kecilnya terluka. Keysa terlihat murung, sampai-sampai ia
pun tak fokus untuk mengikuti pelajaran di sekolah.
“Keysa?” Tegur
gurunya, namun tak ada jawaban dari Keysa.
“Keysa?” Tegurnya
kembali.
“Eh, iy iy iya
bu”. Jawab Keysa terbata.
“Kamu kenapa nak?”
“Enggak apa-apa
bu”.
“Kamu yakin tidak
apa-apa?”
“Iya bu”.
“Yasudah jangan
melamun!”
Keysa hanya
tersenyum saat mendapat teguran dari gurunya. Jam sekolah pun telah berakhir,
Keysa langsung bergegas pulang ke rumahnya. Sesampainya di rumah, mamahnya
langsung memukul dan memarahinya. Keysa tersungkur jatuh, air matanya pun tak
mampu ia bendung lagi. Keysa kemudian masuk ke dalam kamarnya, ia mendengarkan
perdebatan hebat antara mamah dan kakanya Rico. Tanpa ia tahu apa sebabnya,
mamahnya kemudian pergi entah kemana. Ia mengemudikan mobil dengan cepat tanpa
melihat sekeliling. Saat dalam keadaan mabuk pun mobilnya masih melaju kencang.
Pandangan matanya mulai lengah, sampai saat itu mobilnya menabrak trotoar jalan
dan ia pun langsung tak sadarkan diri. Mamah Keysa langsung dilarikan ke rumah
sakit oleh pihak polisi. Ia mengalami luka parah, sehingga mengalami pendarahan
yang cukup banyak. Ia membutuhkan donor darah dari seseorang, tetapi tak ada
satu pun darah yang cocok untuknya. Mendengar kabar tersebut, Keysa tersentak
kaget dan langsung pergi ke rumah sakit untuk melihat mamahnya.
“Dok, bagaimana
keadaan mamah saya?”
“Dia mengalami
pendarahan, dan sampai saat ini kami sedang berusaha mencari darah yang cocok
untuknya”.
“Dok, golongan
darah saya sama seperti mamah”.
“Baiklah, mari
ikut saya ke ruang tindakan”.
Keysa mendonorkan darahnya untuk sang mamah. Tak lama kemudian,
mamahnya pun sadar dari komanya.
“Mamah? Mamah
sudah sadar?”
“Ngapain kamu
disini? Pergi, pergi, pergi sana”.
“Tapi mah, aku
ingin menemani mamah”.
“Saya tidak butuh
kamu disini”.
Keysa pun
meninggalkan ruangan itu, perasaan sedih, kecewa dan sakit bercampur menjadi
satu. Keysa menangis dan berlari dengan sekencang-kencangnya, ia tak
memperdulikan orang-orang memperhatikannya. Ia tak sadar jika ada mobil yang
sedang melaju kencang di depannya dan akhirnya, DUUUUAAAARRRR…
Keysa tersungkur jatuh, banyak darah yang berlumuran pada badannya,
ia tak sadarkan diri, terkapar lemah di sekeliling pandangan mata yang
melihatnya. Ia pun langsung dilarikan ke rumah sakit dimana tempat mamahnya
dirawat. Mendengar hal itu, mamahnya acuh tak memperdulikan kondisi Keysa.
“Mah, Keysa
kecelakaan dia di UGD sekarang”. Kata kakaknya panik.
“Biarkan saja,
biar mati sekalian”.
“Mah, jangan ngomong
gitu! Mamah tahu? Mamah bisa selamat gara-gara dia, dia yang mendonorkan
darahnya untuk mamah”.
“Apa?” Mamahnya
tersentak kaget, terlulurkan hatinya yang sangat begitu membenci anak
perempuannya itu. Ia menangis dan meminta Rico untuk mengantarkannya kepada
Keysa.
“Keysa, Keysa kamu
harus bertahan. Keysa maafkan mamah nak”. Teriaknya.
Keysa mencoba membuka matanya.
“Mah, ini mamah?”
“Iya sayang,
maafkan mamah. Mamah sudah jahat sama kamu, maafkan mamah! Kamu harus bertahan
nak!”
“Aku sudah tidak kuat
lagi mah”.
“Kamu kuat Keysa”.
“Mah, izinkan
Keysa memeluk mamah”.
Tangis haru terpecah di dalam ruangan itu.
“Keysa punya lagu
untuk mamah.
Apa yang ku
berikan untuk mamah, untuk mamah tersayang.
Tak ku berikan
sesuatu berharga untuk mamah tercinta.
Hanya ingin ku
nyanyikan senandung dari hatiku untuk mamah,
Hanya sebuah lagu
sederhana, lagu cintaku untuk mamah.”
Air mata mamahnya
tak kuasa ia bendung lagi. Dipeluk dan diciumnya Keysa tanpa mamahnya sadar
ternyata Keysa telah meninggal dunia dalam pelukan mamahnya.
“Keysa? Bangun
kamu nak bangun! Keysaaaaaaaaa”. Teriak mamahnya kencang.
Suasana duka pun menyelimuti orang-orang yang menyayangi Keysa,
terutama Fajri. Ia sangat kehilangan sosok yang ia cintai. Penyesalan mamahnya
sangat begitu dalam, ia terpukul saat semuanya telah berakhir. Ia baru
menyadari, ternyata ia sangat menyayangi anak perempuannya itu. Isak tangisnya
tak henti-henti dan kemudian ia meninggalkan pemakaman Keysa untuk kembali ke
rumah.
Komentar
Posting Komentar