BILAL BIN RABBAH
BILAL BIN RABBAH
Moderator (BACK SCENE) : Ketika Mekkah diterangi cahaya agama baru
dan Rasul yang agung, dimulailah kumandangan seruan tauhid Islam. Penyebaran
islam secara sembunyi-sembunyi menghasilkan beberapa orang pemeluk agama islam
pertama yang disebut dengan Assabiqunal Awwalun. Dan disitulah kemudian Bilal
bin Rabbah memeluk agamaislam setelah beberapa orang yang telah mendahuluinya.
Bilal bin rabbah adalah pemilik kisah menarik tentang sebuah
perjuangan mempertahankan aqidah. Sebuah kisah yang tidak akan pernah
membosankan walau diulang-ulang sepanjang zaman. Kekuatan alurnya akan membuat
setiap orang tetap penasaran untuk mendengarnya. Bilal lahir di daerah As-Sarah
sekitar 43 tahun sebelum hijrah. Ayahnya bernama Rabbah, sedangkan ibunya
bernama Hamamah, seorang budak wanita berkulit hitam yang tinggal di mekkah.
Bilal dibesarkan di kota Ummul Quro, sebagai seorang budak milik keluarga bani
Abduddar. Saat ayahnya meninggal, bilal diwariskan kepada Umayyah bin Khalaf,
seorang tokoh penting kafir quraisy.
Ummayah Bin Khalaf : “Bilal, gembalakan kambing-kambing ku”.
Bilal : “Baik tuan”.
Umayyah : “Jaga kembing-kambingku, beri ia makan dan jangan ada
satupun yang hilang dari mereka”.
Bilal : “Baik Tuan”.
Moderator: bilal berjalan mengembalakan kambing-kambing tuannya dan
kemudian ia bertemu dengan Rasulullah.
Rasulullah (BACK SCENE) : “Wahai penggembala kambing, apakah engkau
bisa memberikan kamu susu?
Bilal : “ \Ada, namun ini untuk saya”.
Rasulullah : “bawalah kesini”.
Moderator: lalu nabi SAW memerahnya. Namun susu itu tidak kunjung
habis juga.
Rasulullah : “terimakasih wahai penggembala kambing”
Bilal : “sama-sama tuan”
Rasulullah : “wahai penggembala kambing, apakah engkau mau
mengitkuti aku? Aku adalah Rasul Allah yang diutus untuk menyebarkan ajaran
agama yang paling sempurna di dunia ini yaitu agama islam”.
Bilal : “apa itu islam wahai tuan?”
Moderator : setelah panjang lebar beliau ceritakan tentang islam maka
bilal mau menerima ajakan Rasulullah.
Bilal : “wahai tuan, iya aku mau. Aku mempercayai bahwa engkau
bukanlah orang biasa yang hadir dihadapanku, buktinya kau memerah susu kambing
itu yang jumlahnya hanya sedikit saja tetapi saat kau memerahnya susu itu tak
kunjung habis sehingga akupun dapat menerima susu dari kambingku. Dan kini aku
bersedia mengikuti agama yang kau sebarkan wahai Rasulullah”.
Moderator : masuklah bilal ke agama islam dan menjadi tokoh penting
pencetak sejarah islam yang memperjuangkan keislamannya dengan sepenuh hati.
Bilal : “Ya Allah, aku mencintaimu dan aku mencintai Rasulullah.
Aku ada berkat engkau yang menciptakan ku, maka bimbinglah aku untuk tetap
memperjuangkan keislamanku”.
(Umayyah kemudian masuk dan membentak)
Umayyah: “ Hei gagak hitam! Ternyata kau pengikut Muhammad?
Tidakkah kau takut akan siksaanu gagak hitam?”
Bilal: “aku tidak takut akan dirimu, yang aku takutkan hanyalah
siksaan Allah. Jika aku tak mengikuti ajaran yang dibawa oleh kekasihnya”.
Umayyah: “begitu beraninya kau kepadaku, ikut aku! Ayo ikut aku!”
(umayyah menyeret bilal paksa beserta para kaki tangannya).
Umayyah : “wahai kaumku, lihatlah! Lihatlah gagak hitam yang tak
berguna ini!”
Abu jahal : “mengapa dia ya umayyah?”
Umayyah : “dia telah memeluk agama yang dibawa oleh Muhammad,
ajaran yang menciptakan neraka di dunia ini. Lihat dia! Budak yang tak berguna
ini”.
Bilal : “agamaku adalah agama yang sempurna, agamaku adalah agama
yang membawa kebahagiaan tak seperti apa yang kau ucapkan wahai tuan besar”.
Umayyah: “ berani-beraninya kau bilal mengatakan itu?”
(cambukan mengenai sekujur tubuhnya).
Abu jahal : “katakanlah bilal, bahwa islam adalah agama yang
sesat”.
Bilal : “tidak, islam adalah agama yang paling benar”.
Umayyah: “katakana sekarang bilal bahwa semua yang kau katakana
tidak benar!” (cambukan kembali menghampiri tubuhnya).
Bilal : “aku mencintai Allah dan aku mencintai Rasul ku maka apapun
yang kau lakukan terhadapku ak tak akan takut”.
(batu besar kemudian Umayyah lemparkan ke tubuh bilal).
Umayyah : “masihkah kau tetap pada pendirianmu atas keislamanmu?”
(cambukan kembali ia berikan).
Bilal : “allahu akbar.. allahu akbar..”
Abu bakar : “wahai umayyah! Hentikan semua penyiksaan mu terhadap
budakmu itu”.
Umayyah : “apa mau mu abu bakar? Kau melarangku untuk melakukan
ini? Siapa kau? Siapa? Kau tak berhak dengan semua ini!”
(umayyah mendorong abu bakar kencang).
Abu bakar: “aku abu bakar! Pemuka Quraisy yang telah memeluk islam
dan kini aku ingin membeli bilal darimu”.
Umayyah : “berani berapa kau untuk membayarnya?”
Abu bakar : “aku akan membayarnya dengan harga yang sangat mahal”.
Umayyah : “aku tak akan memberikan budak hitam itu kepadamu”.
Abu bakar : “aku akan memberikanmu harta yang sangat banyak”.
Umayyah : “baiklah, aku akan memberikan bilal kepadamu”.
(lalu abu bakar memberikan harta yang sungguh banyak kepada umayyah
dan kemudian ia diberikan kepada abu bakar).
Bilal : “allahu akbar.. allahu akbar”.
Abu bakar : “bersabarlah bilal, aku kini telah membebaskanmu”.
Bilal : “mengapa kau mau membayar mahal hanya demi membebaskanku?”
Abu bakar : “karena engkau hamba yang dicintai Allah yang
mempertahankan keislamanmu walau kau harus tersiksa”.
Bilal : “bukankah sepatutnya aku begitu?”
Abu bakar: “ya, memang harus seperti itu. Jika aku pun diposisimu
kini, aku rela mati demi keislamanku”.
Bilal: “baiklah wahai abu bakar, apa yang harus aku lakukan
untukmu?”
Abu bakar : “tidak ada, aku membelimu untuk membebaskanmu bukan
untuk menjadikanmu budakku”.
Bilal : “terimakasih abu bakar”
Moderator: setelah bilal dimerdekakan oleh abu bakar, ia selalu
bersama Rasulullah dan menjadi tokoh penting dalam penyebaran agama islam.
Ketika itu, ia dimintai Rasulullah utntuk pertama kali yang mengumandangkan
adzan di madinah.
Rasulullah : “bilal, kumandangkanlah adzan diatas bukit itu!”
Bilal : “aku? Aku? Wahai rasulullah?”
Rasulullah : “ya, kamu bilal. Kumandangkanlah adzan sekarang juga”.
Bilal : “baiklah ya rasulullah”.
Bilal: “ADZAN…”
Moderator: ribuan orang mendengar adzan yang dikumandangkan bilal,
lalu berkumpullah mereka dalam satu tempat untuk melaksanakan shalat berjamaah.
Kegiatan ini menjadi rutinitas setiap lima kali dalam sehari, sampai akhirnya
rasulullah pergi meninggalkan umatnya untuk menemui allah dan kala itu pula
bilal bin rabbah tak lagi ingin mengumandangkan adzan selain untuk rasulullah.
Bilal : “wahai khalifah, aku minta izin”.
Abu bakar: “apa yang kau minta dariku?”
Bilal : “aku minta izin untuk tidak adzan lagi”.
Abu bakar : “wahai bilal, aku tidak akan menurunkan orang yang
pernah diangkat oleh rasulullah”.
Bilal : “wahai abu bakar, tolong dan tolong izinkan aku untuk tidak
adzan lagi”.
Abu bakar: “tidak, kecuali engkau memiliki alasan. Apa alasanmu
untuk tidak mengumandangkan adzan lagi?”
Bilal : wahai abu bakar, kebiasaanku dulu diwaktu nabi Muhammad
hidup adalah sebelum waktu shalat, aku membangunkan nabi Muhammad, aku datang
ketempat nabi Muhammad lalu berkata “wahai rasulullah waktu shalat” dan kadang
nabi Muhammad datang ketempatku lalu berkata kepadaku “bilal waktu shalat”
kemudian setelah itu aku bersamanya mendekat kemenara dan aku naik, sehingga
nabi Muhammad melihatku lalu aku menghadap kiblat sebelum aku adzan. Aku selalu
menoleh kepadanya yang ditempat itu, kemudian aku melakukan adzan dan setelah
itu aku turun disambut oleh rasulullah. Dan itu aku lakukan sehari lima kali
dan berulang-ulang sehingga sungguh suasana dan keadaan itu mengingatkanku pada
rasulullah. Sehinga aku tidak mampu melakukan adzan saat ini wahai abu bakar
(terisak hebat).
Abu bakar: “kalau memang alasanmu seperti itu wahai bilal, boleh.
Aku izinkan engkau untuk tidak mengumandangkan adzan lagi”.
Akhirnya sayyidina bilal pergi ke syam beberapa hari bahkan
beberapa bulan yang cukup lama. Tiba-tiba suatu malam ia bermimpi bertemu
rasulullah yang saat itu rasulullah menegurnya.
Rasulullah : “wahai bilal, alangkah kerasnya hatimu, lama kau tak
kunjung kepadaku wahai bilal”.
(bilal terisak dalam tangis sehingga seluruh keluarganya merasa
takut yang sangat hebat).
Keluarga bilal: “mengapa engkau wahai bilal?”
Bilal: “sungguh, aku saat ini merasakan takut yang sangat dan aku
tidak pernah takut seperti ini”.
Keluarga bilal: “apa yang membuatmu takut?”
Bilal: “aku, aku bermimpi bertemu rasulullah”.
Keluarga bilal: “ada apa dengan rasulullah?”
Bilal: “aku bertemu dengan rasulullah dan ditegur “wahai bilal
alangkah keras dan gersang hatimu, mana kerinduanmu kepadaku sehingga lama kau
tak mengunjungiku?” aku, aku takut ditinggal oleh rasulullah”.
Keluarga bilal: “ bilal, sepertinya ini adalah waktu yang tepat
untuk berziarah kepada rasulullah maka pergilah!”
Moderator : pergilah sayyidina bilal bin rabbah dengan kendaraannya
dalam riwayat unta atau kuda dan ada yang mengatakan keledai. Berjalanlah ia ke
madinah dan ini sungguh perjalanan indah karena perjalanan untuk menuai
kerinduan menuju dua orang yang sangat dicintai, dan menuju makan nabi Muhammad
saw. Berjalan sayyidna bilal dengan perjalanan yang tak kenal lelah dan tidak
mau beristirahat karena yang ada dihatinya adalah segera sampai di madinah.
Berjalan dan berjalan, hingga ketika sayyidina bilal sudah ingin memasuki kota
madinah maka terlihatlah bukit-bukit, maka saat itu pula air mata mulai
mengucur, sayyidina bilal sadar bahwasanya bukit-bukit itu adalah bukit yang
pernah disaksikan oleh sayyidina bilal bersama rasulullah. Mulai menangislah
ia, berjalan dengan derai air mata dan saat ia memasuki kota madinah sungguh
tangis semakin keras. Lalu bilal mengunjungi makam rasulullah dan kemudian ia
berkata dalam tangisnya dengan suara parau.
Bilal: “assalamualaikum ya rasulullah, assalamualaikum ya
habiballah, assalamualaikum ya nabiyallah”.
Abu bakar dan umar bin khattab: “bilal”. (menepuk bahu bilal).
Abu bakar: wahai bilal, tangismu tidak seperti biasa
Bilal : wahai khalifah, sungguh aku saat ini meraskan takut yang
sangat hebat
Abu bakar : mengapa wahai bilal?
Bilal : aku merasakan takut
Abu bakar: takut apa?
Bilal : takut ditinggal rasulullah
Abu bakar: dosa apa yang engkau lakukan
Bilal : aku bermimpi bertemu rasulullah dan rasulullah menegurku
dengan berkata “bilal sunggguh keras hatimu, mana kerinduanmu lama kau tak
pernah mengunjungiku” dengan adanya kalimat ini, sungguh aku takut ditinggal
rasulullah.
Abu bakar: wahai bilal, ketahuilah air mata yang pernah menetes
karena rindu kepada rasulullah tidak akan ditinggal olehnya. Engkau adalah
orang yang tidak pernah ditinggal oleh rasulullah.
Bilal: benarkah begitu wahai abu bakar?
Abu bakar: ya, engkau adalah orang yang tidak akan ditinggal oleh
rasulullah, maka bergembiralah bilal bin rabbah. Bilal, kini engkau sedang
berada dimadinah, bagaimana jika engkau kembali mengumandangkan adzan?
Bilal : tidak wahai abu bakar, tidak wahai umar, aku belum kuat
untuk adzan”.
(tidak lama kemudian dua anak kecil datang kepada bilal bin rabbah
dan merangkul kedua tangan bilal.
Husen : wahai tukang adzan kakek ku!
Bilal: ya Allah, terimakasih aku rinfu kepada kekasihmu nabi
Muhammad saw dan telah kau kirim kepadaku orang yang sangat dikasihi olehnya.
Ya rasulullah sunggu bau keringatmu aku temukan dicucumu ya rasulullah”.
Hasan dan Husain: bilal, kami rindu ingin mendengar suara adzanmu.
Bagaimana jika kamu adzan?
Abu bakar dan umar: lakukan!
Bilal: wahai hasan dan Husain sebelum engkau meminta khalifah dan
wakilnya meminta aku untuk adzan dan aku tolak. Tetapi karena yang memintta
saat ini adalah dirimu wahai hasan dan Husain cucuk rasulullah, aku tidak
berani menolak permintaanmu saat ini. Aku takut nanti ditolak allah di depan
rasulullah disurga nanti.
(lalu sayyidina bilal memulai adzannya).
Muslimin : mana bilal, mana bilal?
Bilal: allahu akbar allahu akbar….
Muslimin : sungguh kami merindukanmu wahai rasulullah (menangis
tersedu).
Perempuan madinah: apakah rasulullah dibangkitkan lagi?
Muslimin: tidak, itu suaranya bilal.
Perempuan madinah: oh, itu hanya suara bilal.
Bilal: asyhadu alla illaha ilallah 2X, asyhaduanna muhammada
rasulullah
(pingsanlah bilal dan semua kaum muslimin menangis secara serentak,
ketika ia tersadar lalu ia berkata)
Bilal: lanjutkan, aku tak sungguh tidak mampu untuk melanjutkan
adzan itu.
Moderator: dilanjutkanlah adzan itu dengan dibaluti haru dan
kerinduan kepada rasulullah.
Komentar
Posting Komentar