LELAKIKU, PENYAIRKU
/1/
Sajakmu,
membuatku cemburu
Rajutan
kata sederhana, kau tulis dengan penuh kehati-hatian
Yang
menciptakan genre baru dalam kesusastraan.
/2/
Konon,
katamu puisi adalah mahkota bahasa
Yang
tidak serta merta dapat dimaknakan secara nyata
Kerap,
kau tulis
Gerimis
bukan berarti hujan
Dan
bunga belum tentu berarti kembang
/3/
Namamu
siapa?
Seperti
juga aku, tak pernah tahu siapa dirimu.
Gelombang
tiban yang melahirkan perak dalam dirimu,
Membuatku
menyingkir dari lantai penebah cinta.
/4/
Gerimis
menghamparkan permadani
Angin
menciptakan komposisi
Cakrawala
yang membentangkan lukisan
Dan
kembang tombak yang kau tusuk lalu kau cerabut dengan prestasi.
/5/
Siapakah
namamu?
Barangkali,
aku setengah tertidur ketika kau menghampiriku.
Segelumit
pertanyaan terbenam tentram
Dalam
bangku-bangku kosong pikiran.
Akan
kuhafalkan namamu baik-baik disini,
Kala
torehan-torehan tinta yang kau gores dalam jiwa kepenyairanmu
Dengan
warna senja yang selalu menjelma
Kicauan
nyanyian camar yang tak pernah kusapa.
/6/
Baiklah,
hari ini aku berada dalam khayalan
Disaat
orang lain duduk santai
Di
atas kursi yang bergoyang
Mata
indah yang seperti tombak
Kuhafal
baik akan pancarannya.
/7/
Tuan,
manakah yang lebih indah,
Syair-syair
yang kau tulis atau hiburan yang melenakan para remaja.
Ketika
aku larut dalam khayalan,
Kau
pun pergi walau sajakmu tetap tinggal.
Barangkali,
aku bermimpi_
Komentar
Posting Komentar