JARAK, SEMBILU, DAN HARAPAN
/1/ Pada keramaian di sore hari Aku menengadah pada langit yang bertudung sutra senja Menyibakkan riak-riak kecil Dengan meniti tasbih Yang membuatku ternganga. /2/ Ayah, aku melihat wajah molek bersolek di angkasa Menyeringaikan senyuman dengan nada magis pertama Yang dipetik dari dawai-dawai perak hati manusia Menguap rahasia yang tergeletak antara jiwa dan bayang-bayang. /3/ Aku ingin pulang Kembali kepelukan hangat Yang sedari tadi meraum mengajakku pergi Mengobrak-abrik harapan yang tersusun rapi Dengan tinta diatas lembar kulit. /4/ Aku ingin kembali, Ayah. Mempersembahkan bahagia yang dapat menutupi luka Menyentuhmu halus tanpa lagi jarak yang beradu. Namun tetap saja, Ayah Tawamu pasti menegakkan bebuih jeram, Karena aku memupuskan beribu harapan.