Flavia

Kusebut namamu dengan terbata,
Lisanku kelu kala ia berusaha menyebutkannya.
Flavia, sungguh kau menawan.
Hingga pelita asmaraku tertawan.

Sajak yang sedari dulu kutulis tak dapat menahan.
Angan yang sempat terukir terkikis secara perlahan,
Sungguh ini ironis Flavia!
Kau menghancurkan istana mimpi dalam sekejap mata
Tanpa peduli tentang apa yang dirasa.

Kutahu,
Kau elok bak permaisuri,
Wajah putihmu indah tuk dilihat seksama,
Kerlip matamu, memancarkan pesona.
‌Namun saja hatimu, tertutup kabut hitam hingga tak dapat merasa.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Syadza

Bogor Kota Hujan

kupu-kupu merah dipipiku