Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2017

Pesona Gadis Paris Van Java

Senyum tipis terbingkai dengan jelas Postur tubuh ramping menjadi andalan yang nyata Indah dipandang mata.. Kau, Gadis desa yang meluluhkan hati para dewa Dialekmu terdengar khas dalam telinga Tuturmu lembut bak sutra taman surga Oh, Gadis Kota Kembang Terlihat putih bersinar ceria Oh, Gadis Kota Kembang ‌Terlihat cantik kian mempesona

Agustus

Tepat di depan pintu kuberdiri Di bulan Agustus pagi Kicauan merpati bersorak ramai Mengabarkan sosok yang datang di pagi ini Pelita asmara, itukah kau? Kini kau dihadapan untuk menjadi pelipur lara Dengan sigap, kutanyakan tentangmu. Hanya sebilas senyuman yang kau lontarkan, Kutanyakan lagi dengan penuh kekhawatiran.. Hanya kibasan tangan yang kudapatkan Kau menjelma layaknya orang kesetanan Tak mengenaliku Acuh padaku Hingga satu tamparanmu melukaiku ‌Luka hati di bulan Agustus pagi.

Flavia

Kusebut namamu dengan terbata, Lisanku kelu kala ia berusaha menyebutkannya. Flavia, sungguh kau menawan. Hingga pelita asmaraku tertawan. Sajak yang sedari dulu kutulis tak dapat menahan. Angan yang sempat terukir terkikis secara perlahan, Sungguh ini ironis Flavia! Kau menghancurkan istana mimpi dalam sekejap mata Tanpa peduli tentang apa yang dirasa. Kutahu, Kau elok bak permaisuri, Wajah putihmu indah tuk dilihat seksama, Kerlip matamu, memancarkan pesona. ‌Namun saja hatimu, tertutup kabut hitam hingga tak dapat merasa.

Janji Wisuda

Dentingan itu terdengar sunyi, Mengingatkanku akan masa silam yang telah terlewati. Desiran kalbu semakin terdengar kencang, Debarannya melebihi tingginya suara gendang. Aku mengingatnya, Janji wisuda yang tak menjadi nyata. Sembilu yang menusuk tak jua sirna Walau sudah kering kelopak jiwamu membawa seka. Aku letih menjengkal kesamaranmu, Menanti simbah harapan yang tak ditemukan. Seketika kelam sangsaka kelana meratap hampa, ‌Terpaku karma tergolek kasta.

Satu Buket Mawar Terakhir

Kau jadikan aku permaisuri satu hari, Menghadiahkan gaun cantik yang kukenakan pagi ini. Poles senyuman yang terbias, Membuatku tersipu. Satu buket mawar terakhir menyambutku, Biasan warna merah jambu yang kuartikan cinta, Kau bawa dengan bersahaja. Wajah molek bersolek di angkasa, Menjadikan ia kenangan yang tak dapat kulupa. Satu buket mawar terakhir dalam genggamanku, Menjadi pelipur kala aku merindu. Walau kini ia kian melayu, ‌Bahkan mati, habis dimakan waktu.

Detakan Waktu

Sederet jemari di ujung ruang mulai tampak Melukiskan ujung bait yang menata beberapa titik. Lalu, ia hancur melebur dalam detakan waktu. Ku punguti satu persatu, Namun jemari seakan menolak dan membuangnya kembali Angin kencang dengan sigap meluluh lantahkan kenangan, Menguburnya laksana mayat yang berbalut kain kafan. Kutanyakan pada setiap detakannya, "Hai waktu, akankah dia kembali?" Tak ada jawab Namun rayap menggerogoti, hingga tak ada kenangan yang tersisa di hati

Candu

Hitam, Pekat, dan menggugah hasrat. Tegukan demi tegukan kau lakukan tanpa jeda, Seringai senyummu menunjukkan dambaan yang menggila. Kau bercumbu dengan ethypenol yang menyengat manja Menghidangkan kenikmatan dengan sejuta luahan wewangian.. Candu, Air hitam yang menenangkanmu tak selalu berteman baik. Memulihkan seluruh lara yang menyesakkan. Menghilangkan setiap kejemuan pikiran. Nikmatmu hanya sesaat, Setiap kali kau meneguknya, Itulah saat dirimu menanamkan titik hitam pada tubuh.. Tak terasa saat ini, Tetapi nanti ia akan menjadi bumerang yang menghantui. Endometriosis kini menyergapmu, Giringan kegelisahan pun satu persatu menghampiri tanpa sungkan lagi. Melemahkan imun dan membuatmu mati terkapar sewaktu-waktu. Masihkah kau ingin menjadi seorang candu? Tinggalkanlah..! Walau aku tahu ia menjadi kenikmatan bagimu.

Aku Bukan Teroris

Jubah yang menjuntai melapisi setiap lekuk tubuhku Kain hitam yang selalu dikenakan menutupi wajahku, Aku terlihat berbeda.. Tak seperti yang lain. Tak seperti bidadari-bidadari dunia yang meluluh lantahkan pandangan.. Terlihat cantik, Elok, dan menarik. Mereka menatap dengan tatapan yang tak dapat aku terjemahkan, Celetukan-celetukan yang kemudian membumbui setiap langkah kadang terdengar miris.. Aku terasing! Layaknya tokoh kartun yang sering mereka sebutkan.. Aku bukan ninja hattori! tetapi aku wanita hina yang mencoba merevolusi diri, Janganlah mendeskriminasi! Setiap bait kata yang aku lontarkan tak akan menjerumuskam, Tak terlintas imaji untuk memporak-porandakan pikiran.. Menelusup layaknya teroris, Yang kemudian meluluh lantahkan kehidupan. Tidak! Aku bukanlah teroris! Aku pula bukan tokoh skolastik abad pertengahan, Yang mengolaborasikan teori-teori omniscience dan foreknowledge. Dan bukan pula penganut pemikiran-pemikiram radikal yang kontemplatif.. Na...